Jika kita melihat pola pendidikan di Indonesia, terdapat dua madzhab pendidikan utama, yaitu Pendidikan Tradisional (Pondok Pesantren) dan Pendidikan Modern (Sekolah). Kedua madzhab ini menghasilkan alumnus (mutakharrijin) dengan orientasi pendidikan yang berbeda. Jika dikembangkan, keduanya dapat berkembang sesuai dengan kebutuhan zaman yang menuntut manusia untuk terus mengkonsumsi ilmu pengetahuan, baik melalui Pendidikan Tradisional maupun Pendidikan Modern.
Masyarakat saat ini menuntut agar pelajar (murid, siswa, peserta didik) menjadi manusia multi-fungsi sesuai dengan tuntutan zaman dan kebutuhan masyarakat di wilayah masing-masing, termasuk wilayah pedesaan yang didominasi oleh masyarakat awam.
Ketua Umum PBNU, Prof. Dr. KH. Sa’id Aqiel Siradj, M.A pernah menyatakan bahwa pendirian Lembaga Pendidikan Madrasah di bawah naungan Kementerian Agama RI atau sebagai bagian dari Madrasah Kader Nahdlatul Ulama’ (MKNU) bertujuan untuk mentaufiqkan dan menjembatani pendidikan tradisional dengan pendidikan modern. Madrasah memiliki konsep Literasi Dirasah dan Tadris yang mendalam, baik dari segi sejarah, kurikulum, maupun orientasi pasca lulus.
Contohnya, Madrasah menawarkan program peminatan yang relevan tanpa meninggalkan nilai-nilai spiritual dan kepasrahan kepada Allah. Kader Madrasah terbukti mampu menjadi kader militan pendidikan ketika kembali ke masyarakat, mengajarkan bukan hanya cara mencari pekerjaan atau berekonomi, tetapi juga menanamkan nilai-nilai keindonesiaan, keahlian religius, kepasrahan, keikhlasan, dan lainnya kepada kader-kader Madrasah untuk bekal di masa depan.
Terlalu banyak orang yang khawatir tentang kemampuan untuk mencari nafkah setelah sekolah di Madrasah. Namun, pilihan pendidikan yang hanya mempertimbangkan akibatnya saja dapat menyebabkan penyesalan di kemudian hari karena tidak mencapai keseimbangan mental-spiritual, tidak mencapai keseimbangan antara kehidupan duniawi dan ukhrawi. Lebih banyak orang melihat pendidikan hanya sebagai sarana untuk mendapatkan pekerjaan, tanpa memperhatikan nilai-nilai dasarnya, yaitu membangun mental dan keimanan.
Salah satu contoh konsep jembatan antara pendidikan tradisional dan modern adalah Madrasah Aliyah Nahdlatul Ulama’ (MANU 01 Banyuputih) yang menawarkan konsep pendidikan dualisme dasar, yakni Tradisional dan Modern. Pendekatan Tradisional mencakup pendidikan agama melalui Program Peminatan Keagamaan (IIK), sedangkan pendekatan Modern menyeimbangkan kebutuhan akhirat dengan pelajaran ilmu modern, baik dalam Program Peminatan Matematika Ilmu Pengetahuan Alam (MIPA), Program Peminatan Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) maupun Program Peminatan Bahasa dan Budaya (BB).
Dengan memahami hubungan antara Pendidikan Tradisional dan Pendidikan Modern, setiap individu yang melalui proses pendidikan di Madrasah memiliki potensi untuk menjadi sosok yang seimbang dan dapat menyesuaikan diri dengan tuntutan zaman serta kebutuhan masyarakat saat ini.
Penulis : H. Choirul Anam, S.Ag